Cari Blog Ini

Selasa, 28 Februari 2017

Keistimewaan Wanita Kecamatan Galur (Khususnya Daerah Pesisir Pantai Trisik dan Sepanjang Bantaran Sungai Progo)


Essay
Keistimewaan Wanita Kecamatan Galur
(Khususnya Daerah Pesisir Pantai Trisik dan Sepanjang Bantaran Sungai Progo)

Kecamatan Galur merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Letak kecamatan Galur sendiri terdapat di Barat Sungai Progo dan, dan berbatasan dengan beberapa kecamatan lainnya seperti kecamatan Lendah dan kecamatan Panjatan. Kecamatan Galur memiliki enam desa di dalamnya. Enam desa tersebut yaitu Karangsewu, Banaran, Kranggan, Nomporejo, Brosot, Pandowan, dan Tirtorahayu. Desa Banaran terletak di paling timur dan paling selatan kecamatan Galur. Timur berbatasan dengan sungai Progo, barat berbatasan dengan desa Nomporejo, utara berbatasan dengan desa Kranggan, dan selatan berbatasan dengan ssamudera Hindia. Desa Banaran memiliki 13 Dusun, 26 RW, dan 53 RT. Desa Banaran memilik jumlah penduduk laki-laki: 2.880 dan wanita : 3.003, jumlah yang tidak jauh berbeda antara laki-laki dan perempuan. Angka perceraian pun sangatlah kecil. Desa Banaran juga memiliki  satu tempat wisata, yaitu Pantai Trisik.
Wanita yang berada di desa Banaran yang merupakan daerah pesisir pantai Trisik dan sepanjang bantaran sungai Progo memiliki keistimewaan sendiri dibandingkan wanita daerah lainnya. Wanita di desa Banaran memiliki beberapa macam mata pencaharian seperti penambang pasir, peternak, petani, buruh, nelayan, pencari kayu bakar, pegawai, pengajar, penambak udang, sebagai TKI di negara lain, di pabrik-pabrik, adapula yang bekerja sebagai ibu rumah tangga saja.
Wanita di daerah bantaran sungai Progo, menurut cerita orang tua desa Banaran, wanita dahulu yang bertempat tinggal di sekitar bantaran sungai Progo, sering juga ikut mencari uang dengan bekerja sebagai penambang pasir. Padahal biasanya yang bekerja sebagai penambang pasir adalah para pria. Para wanita yang memiliki suami seorang petani pun biasanya ikut bekerja di sawah membantu suaminya mengurus sawah ataupun ladangnya. Bagi mereka yang tidak memiliki lahan sendiri biasanya bekerja di sawah orang atau biasanya disebut Buruh. Mereka bekerja di sawah pemilik lahan dan dibayar. Bagi para wanita yang memiliki riwayat pendidikan yang tinggi mereka bekerja sebagai pengajar ataupun di staf-staf pemerintahan. Adapula bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir para wanita itu ada yang bekerja di ladang mereka ataupun bekerja mencari ikan. Dikarenakan pantai Trisik ini merupakan terusan dari sungai Progo, maka pantainya pun sangatlah kotor dan banyak sekali sampah-sampah plastik, kayu ataupun yang lainnya. Para wanita pun berusaha mencari keuntungan dengan kondisi tersebut. Banyak di antara wanita yang mengumpulkan kayu bakar yang berserakan di tepi pantai dan menjualnya. Bagi wanita yang suaminya bekerja sebagai penambak udang, mereka biasanya membantu pekerjaan suaminya. Bagi mereka yang tidak banyak memiliki keahlian dan ingin bekerja, biasanya mereka pergi ke kota-kota besar ataupun ke luar negeri dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.  Bagi mereka yang memiliki hewan ternak seperti sapi, kambing, maka wanita nya pun bekerja mencari makanan untuk ternaknya.
Wanita-wanita di desa Banaran ini bekerja sesuai dengan pekerjaan suaminya, ataupun sesuai keahlian mereka, mereka mau bekerja apa saja asalkan halal. Wanita-wanita di desa Banran ini memanglah wanita yang istimewa. Mereka tidak hanya berpangku tangan dan meminta uang kepada suaminya, tetapi mereka juga sebisa mungkin membantu mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Memanglah tidak semua wanita Desa Banaran merasakan pendidikan yang tinggi, akan tetapi wanita desa Banaran mau bekerja sesuai dengan porsi dan tidak meningglkan kodratnya. Seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa Kodrat wanita menurut dalam lahirnya: tubuh wanita itu berbeda sekali dengan badan pria, karena perbedaan ini berkaitan dengan kodrat wanita, yaitu kewajibannya akan menjadi seorang ibu, akan mengandung anak, melahirkan anak, dan lain-lain. Maka sebenarnya pekerjaan wanita yang paling baik adalah bekerja saja sebagai ibu rumah tangga, mengurus suami, anak, rumah dan keluarga. Jika wanita ingin membantu pekerjaan suaminya hendaknya setelah diberikan izin oleh suaminya. Akan tetapi jika suami tidak mengizinkan, hendaknya wanita patuh terhadap perintah suaminya selama perintahnya tidak melanggar agama.
Di desa Banaran juga masih jarang terjadi perceraian, karena wanita masih memiliki moral-moral dan peraturan yang harus diperhatikan. Seperti takut kehilangan status, memikirkan anak dan keluarga, dan lain-lain. Dan wanita di desa Banaran juga lumayan banyak yang bekerja sebagai guru ataupun sebagai pengajar. Dilihat dari itu, wanita desa Banaran pun banyak yang bekerja dengan mengingatnya yang sesuai dengan kodratnya. Begitulah beberapa keistimewaan wanita desa Banaran khusunya daerah pesisir dan bantaran sungai Progo.

 terimakasih :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar