Cari Blog Ini

Senin, 20 Maret 2017

Masyarakat Madani di Tangan Generasi Muda




Masyarakat Madani di Tangan Generasi Muda
Oleh: Tanisa Aulia Chika Rizki

Setelah bergulirnya reformasi, masyarakat Indonesia menginginkan terwujudnya suatu masyarakat baru yang terbuka, maju dan modern. Pertanyaan demi pertanyaan tentang bentuk masyarakat ideal yang diinginkan bangsa Indonesia semakin kuat dikumandangkan.Masyarakat yang demikian tercermin dengan adanya masyarakat madani. Masyarakat madani yang diharapkan sebagai suatu tatanan ideal masyarakat, diharapkan mampu menghasilkan masyarakat yang stabil, rakyat yang berdaulat, pemerintahan yang bersih dan demokratis. Selain itu dengan masyarakat madani sebagi motor penggerak bangsa diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, suatu masyarakat adil makmur (H.A.R. Tilaar. 2002:145).
Sebagai generasi muda yang peduli akan masa depan bangsanya, tentulah para pemuda adalah tongak awal dilaksanakannya masyarakat madani. Masyarakat madani pada dasarnya adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta masyarakat yang maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankan ciri masyarakat yang demikian selayaknya dimiliki oleh para generasi muda Indonesia. Pada masa ini merupakan momentum untuk generasi muda berkiprah dalam mengembangkan dan memperkuat masyarakat madani atau civil society dalam rangaka menciptakan kepemimpinan yang berkualitas.
Sejarah telah membuktikan bawasannya pemuda adalah salah satu pilar yang memiliki peran besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka maju mundurnya suatu negara sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan kontribusi aktif dari pemuda di negara ini. Begitu juga dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang  potensial dalam tatanan masyarakat sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani pembangunan bangsa. Keberadaan pemuda di Indonesia sesungguhnya dapat menjadi aset yang berharga bagi masa depan bangsa ini ke arah yang lebih baik sehingga mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain (Wahyu Ishardino Satries, 2009:88).
Sebagaimana Allah telah berfirman yang artinyakamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar, dan beriman kepada Allah, sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Jelaslah dalam Al-Quran ditegaskan bahwa kita sebagai generasi muda adalah umat terbaik yang mampu untuk mengembangkan adanya masyarakat madani. Sebagai generasi muda yang kritis tentulah kita dapat mengupayakan terwujudnya masyarakat madani dengan baik. Al-Qur’an menyebut masyarakat ini dengan umatan wasatho artinya adalah umat yang tengah-tengah (Q.S. Ali Imran,3 :110).
Sudah menjadi kewajiban kita bersama, selaku warga negara Indonesia, untuk berperan serta dalam usaha bersama bangsa kita mewujudkan masyarakat madani atau civil society di negara Republik Indonesia. Terbentuknya masyarakat madani di Indonesia merupakan bagian mutlak dari wujud cita-cita kenegaraan, yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat madani tidak akan terwujud jika hukum tidak ditegakkan dengan adil, yang dimulai dengan ketulusan komitmen pribadi. (Ajat Sudrajat, dkk, 2013:121-122).
Indonesia yang kini memasuki era demokrasi menjadi wahana bagi kaum muda untuk berkiprah dalam rangka pemberdayaan masyarakat madani. Nilai-nilai demokrasi pada dasarnya adalah toleransi, sikap saling mempercayai, dankomitmen untuk menyelesaikan persoalan secara demokratis. Ketiga elemen ini penting sebagai dasar untukmelahkukan kompromi, mengakomodasikan berbagai macam kepentingan, dan mengartikulasikan kebebasan individu dan masyarakat. Dari unsur-unsur semacam inilah apa yang disebut sebagai civic culture diharapkandapat berkembang (Bahtiar Effendy, 2001:164-165)
Disini peran generasi muda adalah menegakkan demokrasi. Pada zaman Rasulullah, beliau membangun masyarakat Madinah yang berperadaban memakan waktu yang cukup lama yakni sepuluh tahun. Beliau membangun masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis, dengan landasan takwa kepada Allahdan taat kepada ajaran-Nya, yang dalam peristilahan kitab suci disebut semangat rabbaniyah atau rabbiyyah. Semangat rabbaniyah yang tulus akan  memancar dalam semangat perikemanusiaan. Selanjutnya semangat perikemanusiaan akan memancar dalam berbagai bentuk hubungan pergaulan sesama manusia yang penuh budi luhur (Ajat Sudrajat, dkk, 2013:121)
Terlepas dari fakta di atas, mewujudkan masyarakat madani di Indonesia memang sedikit sulit. Selain wilayah Indonesia yang luas dan terdapat perbedaan budaya yang sering kali menghambat adanya demokrasi. Adanya terorisme di Indonesia mencontohkan bahwa ada beberapa sekumpulan masyarakat yang mempunyai idealisme berbeda sehingga tidak mempunyai rasa kesatuan dengan anggota masyarakat yang lain. Pada daerah yang terpencil masyarakatnya juga merasa apatis terhadap dunia luar dang menganggap demokrasi itu tidak penting.
Disamping itu yang dihadapi pemuda selanjutnya adalah masyarakat masa depan atau masyarakat yang terbuka yaitu masyarakat yang sarat dengan kompetisi baik pada ilmu pengetahuan maupun keterampilan. Sehingga pemuda Indonesia harus mampu menjadi pemuda yang unggul, yang dalam artian menjadi pemuda yang kompetitif, berkepribadian, kreatif, inofatif, dan memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Semanggat untuk melakukan pembaharuan juga merupakan ciri dari pemudayang unggul, bahkan ia senantiasa melakukannya dengan standar kualitas yang tinggi. Hal ini berarti pemuda Indonesia harus menjadi pemuda yang inovator, agar mampu berkiprah dimasa datang. (Anton Suwito, 2014:581)
Lalu bagaimanakah langkah generasi muda dalam pengembangan masyarakat madani di Indonesia?Sebagai generasi muda kita dapat berkiprah diberbagai oraganisasi-organisasi masyuarakat sesuai dengan minat dan bakat. Untuk dapat mengasah daya kepeloporan dan kepemimpinan sertaperan aktif dalam pembangunan masyarakat, generasi muda harus diberi stimulan berupa kesempatan sebesar-besarnya dalam organisasi kemasyarakatan (Ormas) maupun organisasi kepemudaan baik tingkat lokal maupun tingkat nasional. Sebab dalam organisasi inilah mental, ketangguhan, dan sumbangsih pemikiran seseorang pemuda dapat diasah melalui program-program nyata di organisasi tersebut. Dengan demikian sedikit demi sedikit masyarakat madani akan tumbuh di Indonesia.(Wahyu Ishardino Satries, 2009:91)
Selain itu, masyarakat madani adalah masyarakat yang berpegang teguh pada keadilan. Maka, pemuda yang merupakan cerminan dari masyarakat madani haruslah dengan tulus menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Contoh sederhanannya bisa dengan selalu bersikap adil dan tidak memihak kepada siapapun, misal ketika memberikan penilaian kepada pekerjaan teman di kelas.
Bukankah bangsa Indonesia memiliki semua perlengkapan yang diperlukan untuk menegakkan masyarakat madani. Kita semua sangat berharap bahwa masyarakat madani akan segera terwujud dan tumbuh semakin kuat di Negara kita dalam waktu dekat. Berbagai kemajuan yang dicapai bangsa kita sejak zaman orde baru yang disusul orde reformasi dalam berbagai bidang cukup beralasan kita berpengharapan seperti itu. Namun, juga harus diwaspadai bahwa belum semua masyarakat kita baik elite maupun rakyat memiliki itikad baik untuk mewujudkan masyarakat madani ini dalam kehidupan bangsa kita (Ajat Sudrajat, dkk, 2013:123)
Peran dan posisi pemuda tentu saja tidak dapat terpisahkan dalam masyarakat madani. Karena pemuda adalah penerus bangsa. Pemuda adalah calon-calon pewaris bangsa. Seperti yang kita ketahui, ada banyak sekali pemuda yang bergerak dan terus berkembang untuk bangsanya. Pemuda yang mencurahkan pikirannya untuk bangsanya, calon ilmuan-ilmuan bangsa. Pemuda yang menyerahkan jiwa raganya untuk bangsa, menjaga keutuhan bangsa seperti pemuda-pemuda yang menjadi tentara. Para pemuda yang kritis dan aktif menolak kekuasaan. Pemuda masyarakat madani yang tentu saja berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan.


Daftar Pustaka

Sudrajat, Ajat dkk. 2013. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Effendy, Bahtiar. 2001. Teologi Baru Politik Islam. Yogakarta: Galang Pres
Satries, Wahyu Ishardino. “Peran Serta Pemuda dalam Pembangunan Masyarakat”. Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009
Suwito, Anton. “Membanguan Integritas Bangsa Di Kalangan Pemuda Untuk Menangkal Radikalisme”. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume IV, No 2, Juli 2014

terimakasih semoga bermanfaat :)


Museum Batik Yogyakarta



Museum Batik Yogyakarta
Oleh: Tanisa Aulia Chika R

Keindahan dalam budaya nusantara adalah kebijaksanaan, seperti halnya batik yang setiap motifnya memuat ajaran hidup dan pengharapan – Didik Wibowo
Museum Batik Yogyakarta merupakan museum keluarga Hadi Nugroho dan R. Ng. Jumima Dewi Sukaningsih yang terletak di Jl. Dr. Sutomo 13 A Yogyakarta. Status dari museum ini adalah museum swasta jadi perawatan museum dilakukan secara mandiri, namun tetap mendapatkan dukungan dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Latar belakang keluarga Bapak Hadi Nugroho yang merupakan pengusaha batik membuat keluarga ini jatuh cinta dengan keindahan motif-moti yang digoreskan pada selembar kain yang dinamakan “kain batik”.
Didik Wibowo ditemuijumat (2/12) menjelaskan, “memang keluarga Bapak Hadi Nugroho gemarmengoleksi berbagai macam kain batik, bahkan sejak kakek buyut dari Bapak Hadi Nugroho sudah senang mengoleksi kain batik dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk mendapatkan kain batik, keluarga Bapak Hadi Nugroho juga berburu hingga ke pelosok negeri untuk mendapatkan kain batik yang unik”.
Pendirian dari Meseum Batik sendiri berawal dari pemikiran Bapak Hadi Nugroho yang ingin memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kain batik. Karena jumlah kain batik yang dikoleksi oleh keluarga ini sudah banyak, maka keinginan Bapak Hadi Nugroho untuk mendirikan Museum Batik akhirnya terwujud pada 12 Mei  1979.
Di Museum Batik Yogyakarta terdapat beberapa ruangan yang dapat dinikmati oleh setiap pengunjung, yaitu ruang teknologi batik, ruang penyimpanan atau penguapan, ruang sulaman, ruang workshop, dan yang terakhir toko Museum Batik. Untuk lebih jelasnya akan diulas sedikit mengenai setiap ruangnya. Pertama, ruang teknologi batik, ruang ini berisi berbagai peralatan batik yaitu canting dari berbagai daerah, canting cap dan terdapat proses membuat batikdari awal hingga akhir. Kemudian ruang penyimpanan atau penguapan, pada ruang ini berisi berbagai macam kain batik yang di pamerkan dan ada kalanya kain bati itu di roling untuk dipamerkan dari ruang penyimpanan ke ruang penguapan maupun sebaliknya.
Yang ke tiga adalah ruang sulaman, dalam ruang sulaman ini berisi wajah-wajah dari keluarga Bapak Hadi Nugroho dan ada juga wajah dari pahlawan nasional. Dalam ruang sulaman ini, kain sulaman dibuat sendiri oleh Ibu Dewi Sukaningsih. Kain sulaman tersebut dikerjakan oleh Ibu Dewi Sukaningsih selama 3,5 tahun dan mendapatkan rekor muri dengan kategori kain sulaman terpanjang dengan ukuran panjang mencapai lebih 6 m. Kemudian ruang selanjutnya adalah photobut , disini pengunjung dapat bergaya layaknya seorang pembatik. Lalu ruang selanjutnya adalah ruang workshop , yang difungsikan untuk mengadakan pelatihan kepada pengunjuang yang ingin belajar membatik. Yang terakhir adalah toko museum batik, di ruang ini difungsikan sebagai tempat memajang hasil produksi yang di buat di museum batik untuk dijual kepada pengunjuang.
Di museum batik juga sudah kedatangan wisatawan manca negara dengan intensitas yang sering, karena museum ini juga mengadakan berbagai workshop di museum atau bahkan di luar museum. Kunjungan dari anak-anak TK juga me Untuk media promosi dari museum batik sendiri berupa brosur, web, video profile dan mengadakan berbagai pameran.
Menurut Didik Wibowo, “perkembangan fashion batik sendiri sekarang sudah berkembang pesat, jadi batik sekarang bukan sesuatu yang sakral namun sudah umum dalam masyaakat. Batik bukan merupakan budaya permuykaan, jadi keindahan dari seseorang itu bukan dilihat betapa cantik, ganteng atau kayanya seseorang, namun dengan motif-motif batik mengajarkan sebuah arti kebijaksanaan.

terimakasih semoga bermanfaat :)

Yogyakarta Sebagai Kota Pelajar



Yogyakarta Sebagai Kota Pelajar
Oleh: Tanisa Aulia Chika Rizki

Yogyakarta, mendengar kota Yogyakarta tentunya hal yang paling dikenal adalah istilah mengenai Yogyakarta sebagai kota pelajar. Walaupun berbagai julukan telah disematkan pada kota ini seperti kota Gudeg, kota Perjuangan, kota Pariwisata dan kota Budaya, namun Yogyakarta  sebagai kota pelajar telah mendarah daging. Sebagai kota pelajar Yogyakarta mempunyai visi pendidikan  berupa center of exellent yaitu sebagai pusat unggulan dari beberapa disiplin ilmu sesuai bidang  masing-masing. Untuk itulah semua unsur yang terkait dengan bidang pendidikan  saling bersinergi dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang tinggi dan dapat diperhitungkan di dunia Internasional.
Berbicara mengenai pendidikan tentunya Yogyakarta seakan sudah menjadi iconnya. Susilo Nugroho ditemui di SMK N 1 Bantul Provinsi DIY (20/07) berpendapat “Yogyakarta sebagai kota pelajar itu seakan-akan sudah menjadi predikat, namun dengan predikat itu harus diimbangi dengan pendidikan secara luas. Pendidikan secara luas bukan diwujudkan dengan adanya perguruan tinggi yang banyak namun fakta dilapangan harus sesuai dengan perkembangan pendidikan di Indonesia”.
Salah satu kota yang memiliki kualitas pendidikan terbaik adalah kota Yogyakarta. Namun, apakah alasan kota Yogyakarta disebutsebagai kota pelajar? Di kutip dari website indostudent.com ada lima alasan mengapa Yogyakarta disebut sebagai kota Pelajar. Yang pertama adalah kota Yogyakarta memiliki kampus yang banyak, jumlah kampus di Yogyakarta diperkirakan mencapai lebih dari 60 kampus. Yang kedua adalah fasilitas di setiap kampus yang mendukung. Selanjutnya adalah selalu menghasilkan para pelajar yang kompeten, karena semakin banyak kampus membuat pihak kampus bersaing untuk mengembangkan potensi mahasiswa sesuai dengan bidangnya. Yang keempat yaitu banyaknya minat pelajar untuk belajar di Yogyakarta. Menurut Hasna (13/08) seorang mahasiswa dari luar Jogja yang memilih kampus di Yogyakarta karena “kota Yogyakarta merupakan kota yang kental dengan budaya sehingga dapat mencari suasana baru, serta di Yogyakarta transportasi mudah dan murah” jelasnya. Yang terakhir alasan mengapa Yogyakarta di sebut sebagai kota pelajar adalah kota Yogyakarta memiliki tempat wisata yang banyak, karena sejatinya tempat wisata merupakan tempat hiburan para pelajar dan mahasiswa.
Memang pesona Yogyakarta sebagai kota pelajar menjadikan perguruan tinggi tumbuh subur di kota ini. Sebagai seorang guru Herlina Dwi Novitasari (30/07) mengatakan, “walaupun pada saat ini banyak perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia serta dengan fasilitas yang memadahi, namun Yogyakarta tidak pernah ditinggalkan. Pada saat tahun ajaran baru selalu saja Yogyakarta dibanjiri oleh pelajar dan mahasiswa yang ingin menimba ilmu di kota pelajar ini”. Beragamnya pelajar dan masiswa yang menimba ilmu di Yogyakarta menjadikan kota in ibarat miniaturnya Indonesia. Karena pelajar di kota Yogyakarta ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia sehingga menjadikan karakter, budaya dan bahasa yang semakin menambah keistimewaan Yogyakarta.
Sebagai kota pelajar tentunya kota Yogyakarta sangat memperhatikan kualitas pendidikannya. Sudi Utomo kami temui (23/07) menjelaskan “pendidikan itu ibarat tabungan masa depan, karena dengan pendidikan seseorang dapat meraih kehidupan yang lebih baik. Sebagai seorang orang tua yang peduli dengan anaknya tentunya menyekolahkan anak hingga jenjang yang tinggi adalah sebuah kebanggan. Karena pada dasarnya pendidikan itu adalah sebuah pelajaran dan pengalaman, jadi apa salahnya anak mendapat penlajaran dan pengalaman lebiih banyak”.
Dengan fasilitas sekolah dan universitas yang megah, berkualitas, terjamin mutunya dan sudah terakreditasi secara baik di dunia pendidikan Indonesia telah mengkokohkan predikat Yogyakarta sebagai kota pelajar. Kualitas pendidikan di kota gudeg ini memang sudah terjamin sebagai kota pelajar. Yogyakarta adalah sebuah kota yang merangkap sebagai ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini selalu memberi ruang untuk para pelajar dan mahasiswa untuk menimba ilmu di Yogyakarta.
Selain Yogyakarta sebagai kota pelajar tentunya tak lepas dari budaya yang kental sekaligus beragam di sini. Karena pendidikan dan kebudayaan selalu berjalan beriringan. Tesa Rizki Aulia seorang mahasiswa dari Fakultas Bahasa dan Sastra UNY ditemui (11/08) menyatakan “sebenarnya kota Yogyakarta tidak hanya lekat dengan kota pelajar saja, namun juga sebagai kota budaya. Begitu banyak budaya yang bersemayam di kota Yogyakarta menambah nilai plus bagi para calon mahasiswa baru untuk menjadikan Yogyakarta sebagai pilihan studinya. Jadi tidak hanya melulu belajar diruang kelas, namun kita juga dapat mempelajari sekaligus menikmati hasil budaya yang ada”. Tentunya kota Yogyakarta selalumemberi kesan yang baik bagi para pelajar dan mahasiswa yang pernah menimba ilmu disini. Seperti halnya Keraton yang dianggap sentral bagi Yogyakarta memberi corak keistimewaan yang nyata bagi kebudayaan yang tumbuh subur di kota ini.
Berbagai jenis lembaga pendidikan negeri maupun swasta bermunculan di Yogyakarta, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada cabang ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di kota ini. Hal ini telah menjadikan Yogyakarta tumbuh sebagai kota pelajar sekaligus pusat pendidikan. Karena salah satu kota yang memiliki kualitas pendidikan terbaik adalah di Yogyakarta. Sepertihalnya kualitas pendidikanyang baik, fasilitas memadahi, dan kampus yang banyak menjadikan kota ini sebagai pilihan utama mengenai pendidikan. Yogyakarta juga menempati deretan pertama perguruan tinggi terbaik yaitu Universitas Gadjah Mada. Cahyo Sulistya Wiguna salah satu mahasiswa jurusan pengindraan jauh dan sistem informasi geografi Universita Gadjah Mada yang kami temui (14/08) mengatakan “kampus UGM memiliki fasilitas yang lengkat jadi dapat menunjang dalamperkuliahan. Selain itu kampus UGM merupakan kampus yang kerakyatan, oleh karena itu saya bangga belajar disana” ujarnya.
Banyak hal yang dapat kita lakukan ketika singgah di kota pelajar ini. Tidak hanya belajar namun juga dapat mencari suasana baru. Tata kota dan masyarakatnya selalu memberikan bekas yang sulit di lupakanbagi para pelajar, mahasiswa, maupun wisatawan yang berkunjung dikota ini. Potensinya dalam pendidikan menjadikan kota Yogyakarta tetap menjadi iconnya pendidikan di Indonesia yang menapat julukan sebagai kota pelajar.
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota pelajar telah menorehkan catatan pendidikan dari waktu ke waktu. Di tanah Yogyakarta pun telah lahir orang-orang besar yang berpengaruh bagi kemajuan bangsa ini. mengatakan kota Yogyakarta sebagai surganya pendidikan di Indonesia tentunya bukan hal yang berlebihan. karena kualitas pendidikan dikota Yogyakarta tidak kalah bersaing dengan pendidikan di dunia Internasional.


Sumber pendukung:  http://indostudent.com, kompasiana

terimakasih semoga bermanfaat :)

Upacara Nawu Kong Sebagai Tradisi di Bulan Suro



Upacara Nawu Kong Sebagai Tradisi di Bulan Suro
Oleh: Tanisa Aulia Chika R

Nawu kong (enceh) merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan di komplek Makam Raja-Raja Imogiri pada bulan Suro. Upacara Nawu Kong ini dilaksanakan tepatnya pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pada bulan Suro. Upacara Nawu Kong (enceh) merupakan ritual mengguras air dalam gentong yang berada dalam makam Raja-Raja Imogiri. Gentong yang terdapat di Komplek Makam Raja-Raja Imogiri berjumlah empat buah, yang masing-masing berukuran sama besar. Pengurasan gentong dilakukan oleh seorang abdidalem Kraton yang berpangkat Tumenggung atau Ngabehi. Pengurasan gentong menggunakan siwur (gayung yang terbuat dari bathok kelapa dengan gagang kayu) yang pada harisebelumnya diarak melalui Kirab Budaya. Setelah dilakukan pengurasan gentong selanjutnya air yang dikuras akan dibagikan kepada warga yang menganggap bahwa air tersebut dapat memberikan berkah dalam kehidupannya. Banyak warga yang berbondong-bondong datang ke Komplek Makam Raja-Raja Imogiri  untuk mencari berkah dari air kong tersebut. walaupun melewati anak tangga yang banyak untuk sampai ke tempat dilaksanakan upacara nawu kong namun tetap saja upacara ini dihadiri begitu banyak warga yang antusias.
Sebelum dilaksanakan upacara tradisi Nawu Kong pada hari sebelumnya yaitu malam satu Suro atau Minggu 1 Oktober 2016 di komplek Makam Raja-Raja Imogiri dilaksanakan ritual “tapa bisu mubeng beteng” atau mengelilingi beteng makam dalam keheningan yang bertujuan untuk memanjatkan doa serta memperingati tahun baru islam. Setelah itu tradisi di bulan Suro dilanjutkan dengan Kirab Ngarak Siwur yang bertepatan pada Kamis 6 Oktober 2016. Siwur merupakan gayung yang nantinya akan digunakanuntuk nguras gentong di Komplek Makam Raja-Raja Imogiri. Siwur yang diarak dari Kecamatan Imogiri menuju Komplek Makam yang berjarak kurang lebih 1 km dengan berjalan kaki beserta gunungan Tidak hanya mengarak siwur dan gunungan, namun pemerintah Kecamatan Imogiri memberikan tempat pada kesenian-kesenian daerah yang ingin berpartisipasi didalam arak-arakan Kirab Siwur, seperti kesenian tari tradisional, jathilan dan lain-lain.Gunungan yang berisi bahan makanan nantinya akan diperebutkan setelah sesampainya di terminal bawah Makam Raja-Raja Imogiri. Alasan mengapa masyarakat memperebutkan gunungan tentunya sama, yaitu mengharap berkah lewat adanya bahan makanan yang ditata dalam gunungan tersebut.

terimakasih semoga bermanfaat :)