Cari Blog Ini

Senin, 20 Maret 2017

Museum Batik Yogyakarta



Museum Batik Yogyakarta
Oleh: Tanisa Aulia Chika R

Keindahan dalam budaya nusantara adalah kebijaksanaan, seperti halnya batik yang setiap motifnya memuat ajaran hidup dan pengharapan – Didik Wibowo
Museum Batik Yogyakarta merupakan museum keluarga Hadi Nugroho dan R. Ng. Jumima Dewi Sukaningsih yang terletak di Jl. Dr. Sutomo 13 A Yogyakarta. Status dari museum ini adalah museum swasta jadi perawatan museum dilakukan secara mandiri, namun tetap mendapatkan dukungan dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Latar belakang keluarga Bapak Hadi Nugroho yang merupakan pengusaha batik membuat keluarga ini jatuh cinta dengan keindahan motif-moti yang digoreskan pada selembar kain yang dinamakan “kain batik”.
Didik Wibowo ditemuijumat (2/12) menjelaskan, “memang keluarga Bapak Hadi Nugroho gemarmengoleksi berbagai macam kain batik, bahkan sejak kakek buyut dari Bapak Hadi Nugroho sudah senang mengoleksi kain batik dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk mendapatkan kain batik, keluarga Bapak Hadi Nugroho juga berburu hingga ke pelosok negeri untuk mendapatkan kain batik yang unik”.
Pendirian dari Meseum Batik sendiri berawal dari pemikiran Bapak Hadi Nugroho yang ingin memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kain batik. Karena jumlah kain batik yang dikoleksi oleh keluarga ini sudah banyak, maka keinginan Bapak Hadi Nugroho untuk mendirikan Museum Batik akhirnya terwujud pada 12 Mei  1979.
Di Museum Batik Yogyakarta terdapat beberapa ruangan yang dapat dinikmati oleh setiap pengunjung, yaitu ruang teknologi batik, ruang penyimpanan atau penguapan, ruang sulaman, ruang workshop, dan yang terakhir toko Museum Batik. Untuk lebih jelasnya akan diulas sedikit mengenai setiap ruangnya. Pertama, ruang teknologi batik, ruang ini berisi berbagai peralatan batik yaitu canting dari berbagai daerah, canting cap dan terdapat proses membuat batikdari awal hingga akhir. Kemudian ruang penyimpanan atau penguapan, pada ruang ini berisi berbagai macam kain batik yang di pamerkan dan ada kalanya kain bati itu di roling untuk dipamerkan dari ruang penyimpanan ke ruang penguapan maupun sebaliknya.
Yang ke tiga adalah ruang sulaman, dalam ruang sulaman ini berisi wajah-wajah dari keluarga Bapak Hadi Nugroho dan ada juga wajah dari pahlawan nasional. Dalam ruang sulaman ini, kain sulaman dibuat sendiri oleh Ibu Dewi Sukaningsih. Kain sulaman tersebut dikerjakan oleh Ibu Dewi Sukaningsih selama 3,5 tahun dan mendapatkan rekor muri dengan kategori kain sulaman terpanjang dengan ukuran panjang mencapai lebih 6 m. Kemudian ruang selanjutnya adalah photobut , disini pengunjung dapat bergaya layaknya seorang pembatik. Lalu ruang selanjutnya adalah ruang workshop , yang difungsikan untuk mengadakan pelatihan kepada pengunjuang yang ingin belajar membatik. Yang terakhir adalah toko museum batik, di ruang ini difungsikan sebagai tempat memajang hasil produksi yang di buat di museum batik untuk dijual kepada pengunjuang.
Di museum batik juga sudah kedatangan wisatawan manca negara dengan intensitas yang sering, karena museum ini juga mengadakan berbagai workshop di museum atau bahkan di luar museum. Kunjungan dari anak-anak TK juga me Untuk media promosi dari museum batik sendiri berupa brosur, web, video profile dan mengadakan berbagai pameran.
Menurut Didik Wibowo, “perkembangan fashion batik sendiri sekarang sudah berkembang pesat, jadi batik sekarang bukan sesuatu yang sakral namun sudah umum dalam masyaakat. Batik bukan merupakan budaya permuykaan, jadi keindahan dari seseorang itu bukan dilihat betapa cantik, ganteng atau kayanya seseorang, namun dengan motif-motif batik mengajarkan sebuah arti kebijaksanaan.

terimakasih semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar