Museum Batik Yogyakarta
Oleh: Tanisa Aulia Chika R
Keindahan dalam budaya nusantara adalah kebijaksanaan, seperti
halnya batik yang setiap motifnya memuat ajaran hidup dan pengharapan – Didik
Wibowo
Museum Batik
Yogyakarta merupakan museum keluarga Hadi Nugroho dan R. Ng. Jumima Dewi
Sukaningsih yang terletak di Jl. Dr. Sutomo 13 A Yogyakarta. Status dari museum
ini adalah museum swasta jadi perawatan museum dilakukan secara mandiri, namun
tetap mendapatkan dukungan dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Latar belakang
keluarga Bapak Hadi Nugroho yang merupakan pengusaha batik membuat keluarga ini
jatuh cinta dengan keindahan motif-moti yang digoreskan pada selembar kain yang
dinamakan “kain batik”.
Didik Wibowo
ditemuijumat (2/12) menjelaskan, “memang keluarga Bapak Hadi Nugroho
gemarmengoleksi berbagai macam kain batik, bahkan sejak kakek buyut dari Bapak
Hadi Nugroho sudah senang mengoleksi kain batik dari berbagai daerah di
Indonesia. Untuk mendapatkan kain batik, keluarga Bapak Hadi Nugroho juga
berburu hingga ke pelosok negeri untuk mendapatkan kain batik yang unik”.
Pendirian dari
Meseum Batik sendiri berawal dari pemikiran Bapak Hadi Nugroho yang ingin
memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kain batik. Karena jumlah kain
batik yang dikoleksi oleh keluarga ini sudah banyak, maka keinginan Bapak Hadi
Nugroho untuk mendirikan Museum Batik akhirnya terwujud pada 12 Mei 1979.
Di Museum Batik
Yogyakarta terdapat beberapa ruangan yang dapat dinikmati oleh setiap
pengunjung, yaitu ruang teknologi batik, ruang penyimpanan atau penguapan,
ruang sulaman, ruang workshop, dan yang terakhir toko Museum Batik. Untuk lebih
jelasnya akan diulas sedikit mengenai setiap ruangnya. Pertama, ruang teknologi
batik, ruang ini berisi berbagai peralatan batik yaitu canting dari berbagai
daerah, canting cap dan terdapat proses membuat batikdari awal hingga akhir.
Kemudian ruang penyimpanan atau penguapan, pada ruang ini berisi berbagai macam
kain batik yang di pamerkan dan ada kalanya kain bati itu di roling untuk
dipamerkan dari ruang penyimpanan ke ruang penguapan maupun sebaliknya.
Yang ke tiga
adalah ruang sulaman, dalam ruang sulaman ini berisi wajah-wajah dari keluarga Bapak Hadi Nugroho dan ada juga wajah dari
pahlawan nasional. Dalam ruang sulaman ini, kain sulaman dibuat sendiri oleh
Ibu Dewi Sukaningsih. Kain sulaman tersebut dikerjakan oleh Ibu Dewi Sukaningsih
selama 3,5 tahun dan mendapatkan rekor muri dengan kategori kain sulaman
terpanjang dengan ukuran panjang mencapai lebih 6 m. Kemudian ruang selanjutnya
adalah photobut , disini pengunjung dapat bergaya layaknya seorang
pembatik. Lalu ruang selanjutnya adalah ruang workshop , yang
difungsikan untuk mengadakan pelatihan kepada pengunjuang yang ingin belajar
membatik. Yang terakhir adalah toko museum batik, di ruang ini difungsikan
sebagai tempat memajang hasil produksi yang di buat di museum batik untuk
dijual kepada pengunjuang.
Di museum batik
juga sudah kedatangan wisatawan manca negara dengan intensitas yang sering,
karena museum ini juga mengadakan berbagai workshop di museum atau bahkan di
luar museum. Kunjungan dari anak-anak TK juga me
Untuk media promosi dari museum batik sendiri berupa brosur, web, video profile
dan mengadakan berbagai pameran.
Menurut Didik
Wibowo, “perkembangan fashion batik sendiri sekarang sudah berkembang
pesat, jadi batik sekarang bukan sesuatu yang sakral namun sudah umum dalam
masyaakat. Batik bukan merupakan budaya permuykaan, jadi keindahan dari
seseorang itu bukan dilihat betapa cantik, ganteng atau kayanya seseorang,
namun dengan motif-motif batik mengajarkan sebuah arti
kebijaksanaan.
terimakasih semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar